Fungsi tari Barongan dalam upacara Ruwatan di kabupaten Kudus
Moh. Hasan Bisri, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Wahyu Lestari, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Sestri Indah Pebrianti, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
Tari Barongan merupakan salah satu kesenian khas Kabupaten Kudus yang dalam pertunjukannya merupakan representasi seekor macan. Tari Barongan memiliki peran penting dalam salah satu upacara turun temurun masyarakat Kudus dan tidak bisa digantikan dengan tari lainnya yakni upacara ruwatan. Masyarakat menjadikan tari barongan sebagai media dalam pelaksanaan upacara ruwatan karena menurut legenda anak yang diruwat menjadi tolak balak agar tidak dimangsa oleh Sang Bathara Kala dan mengalami kemalangan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan fungsi dari sajian tari Barongan dalam upacara ruwatan. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etik emik. Metode tersebut digunakan untuk menjelaskan tentang fungsi tari Barongan dalam upacara ruwatan. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kemudian, data disajikan dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Barongan merupakan tari tradisional kerakyatan yang memiliki peran utama sebagai media dalam upacara ruwatan. Penyajian Tari Barongan merupakan cerita legenda perang antara peran Barongan dan peran Raden Penthul, yang kemudian dimenangkan oleh Raden Penthul dan membuat kesepakatan agar tokoh Barongan tidak lagi memangsa anak sukerta dan menggantinya dengan upacara ruwatan. Fungsi utama sajian Tari Barongan yakni sebagai sarana upacara, akan tetapi terdapat temuan di lapangan tari Barongan dalam upacaranya tersebut difungsikan sebagai sarana hiburan, sarana ekonomi dan sarana pendidikan. Fungsi sajian yang membuat tari Barongan tetap bertahan, menarik perhatian penonton dan difungsikan oleh masyarakat pendukungnya. Saran yang diajukan bagi kelompok Barongan Wahyu Setyo Budoyo agar melakukan regenerasi penari karena sejauh yang dilihat tari Barongan ini dilakukan oleh orang dewasa, sehingga tari Barongan selalu dilestarikan.
Kata kunci: Tari Barongan, upacara, Ruwatan
The function of the Barongan dance in the Ruwatan ceremony in Kudus regency
Abstract
The Barongan dance is one of the typical arts of Kudus Regency which in its performance is a representation of a tiger. The Barongan dance has an important role in one of the hereditary ceremonies of the Kudus community and cannot be replaced by other dances, namely the Ruwatan ceremony. The community uses the barongan dance as a medium for carrying out the ruwatan ceremony because according to legend it is a means of repelling the ruwat so that children who are being ruwat do not fall prey to the Bathara Kala and experience misfortune. The aim of this research is to find out and describe the function of the Barongan dance performance in the Ruwatan ceremony. The research uses qualitative methods with an emic and etic approach. This method is used to explain the function of the Barongan dance in the Ruwatan ceremony. Data collection techniques include observation, interviews and documentation studies. Data analysis techniques use data reduction techniques, data presentation and drawing conclusions. Then, the data is presented in descriptive form. The results of the research show that the Barongan Dance is a traditional folk dance which has a main role as a medium in the ruwatan ceremony. The presentation of the Barongan Dance is a legendary story of the war between the Barongan role and the role of Raden Penthul, which Raden Penthul then won and made an agreement so that the Barongan figure would no longer prey on Sukerta children and replace it with the Ruwatan ceremony. The main function of the Barongan dance performance is as a means of ceremony, however there are findings in the Barongan dance field where the ceremony functions as a means of entertainment, economic means and educational means. The function of the presentation is what makes the Barongan dance survive, attracting the attention of the audience and being used by the supporting community. The suggestion put forward for Wahyu Setyo Budoyo's Barongan group is to regenerate dancers because as far as we can see, the Barongan dance is performed by adults, so the Barongan dance will always be preserved
Keywords: Barongan dance, ceremony, Ruwatan
Keywords
References
Alfanani, R. J. (2017). Studi Komparasi Emik dan Etik Masyarakat Terhadap Menjamurnya Tayangan Drama Asing Di Indonesia: Kajian Antropologi Kontemporer. Jurnal t Education and Language International Conference, 1(1), 761–773.
Ayuningtyas, D. P. (2018). Eksistensi Kesenian Barongan Setyo Budoyo di Desa Loram Wetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Imaji, 16(2), 138–146. https://doi.org/10.21831/imaji.v16i2.22757
Darmoko, D. (2002). Ruwatan: Upacara Pembebasan Malapetaka Tinjauan Sosiokultural Masyarakat Jawa. Makara Human Behavior Studies in Asia, 6(1), 30. https://doi.org/10.7454/mssh.v6i1.29
Dewo, W. D. (2011). Barongku Barong Kudus. Mas Template. http://sastradududewo.blogspot.com/2015/01/barongku-barong-kudus.html
Hadi, S. (2007). Kajian Tari Teks dan Konteks. Pustaka book publisher.
Jazuli, M. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari.
Kamajaya, H. K. (1992). Ruwatan Murwakala. Yogyakarta Duta Wacana University Press.
Miles, M. B., & Huberman, M. (1992). Kualitatif Data Analisis: Buku Sumber dari Baru Metode. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis Data Kualitatif: BukuSumber tentang Metode-metode Baru. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-PR ESS).
Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Muhadjir, N. (1998). Metodologi Penelitian kualitatif: Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama (3rd ed.). Rake Sarasin.
Soedarsono. (1998). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi (1st ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada Universitiy Press.
Sumono, S. D. (1993). Seni Barongan Khas Kudus. Seksi Kebudayaan Depdikbud Kabupaten Kudus.
DOI: https://doi.org/10.21831/imaji.v23i1.71462
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Supervised by
Our Journal has been Indexed by: