PENGEMBANGAN ‘WAYANG BEBER BABAD MAJAPAHIT’: LAKON “JAYAKATONG MBALELA”
Tatik Harpawati, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta, Indonesia
Jaka Rianto, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta, Indonesia
Abstract
Industrialisasi semakin meminggirkan eksistensi dan fungsi situs-situs warisan kerajaan Majapahit di Mojokerto, Jombang dan sekitarnya. Mayoritas generasi muda setempat lebih tertarik menjadi buruh pabrik dan mengabaikan seni tradisi. Penyadaran atas potensi kearifan lokal, perlu dilakukan penggalian potensi warisan leluhur, dengan melakukan kreasi wayang beber. Penggunaan jenis penelitian berbasis praktik (practice-based research) ini mencakup tahapan pengumpulan informasi, seleksi, penyusunan, analisis, evaluasi, presentasi, dan komunikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tahapan perancangan wayang beber mampu menghasilkan wayang beber Babad Majapahit lakon Jayakatong Mbalela yang khas dan berbeda dari wayang beber daerah lain, yaitu: visualisasi bentuk tokoh wayang beber menyerupai tokoh pada relief candi peninggalan Majapahit, pewarnaan wayang beber yang kemerahan identik dengan warna batu-bata candi peninggalan Majapahit, ragam hias (ornamen) juga khas seperti relief candi peninggalan Majapahit.
Kata Kunci: Pengembangan, wayang beber, dan babad Majapahit.
DEVELOPMENT OF ‘WAYANG BEBER BABAD MAJAPAHIT’: STORY “JAYAKATONG MBALELA”
Abstract
Industrialization is marginalizing the existence and function of Majapahit royal heritage sites in Mojokerto, Jombang and its surroundings. The majority of the local youths are more interested in becoming factory workers and ignoring their traditional arts. Yet, awareness of the potential of local wisdom is necessary to explore the potential of ancestral heritage, by carrying out wayang beber creation. This Practice-Based Research includes the stages of gathering information, selecting, compiling/ arranging, analyzing, evaluating, presenting, and communicating. The results of this study indicate that the stages of wayang beber design are able to produce wayang beber Babad Majapahit story of “Jayakatong Mbalela” that are unique and different from wayang in other regions, namely: its forms’ visualization resembling those on Majapahit heritage reliefs, the reddish coloring of wayang beber is identical to the colors of the bricks at Majapahit heritage temples, and the various ornamentation is also typical to the temple relief from the Majapahit inheritance.
Keywords: Developing, puppet/wayang beber, and babad Majapahit.Keywords
Full Text:
PDFReferences
Aziza, L. (2018). Serat Babad Majapahit; Suntingan Teks dan Terjemahan (Skripsi, Universitas Gadjah Mada). Retrieved from http://etd.repository.ugm.ac.id/index. php?mod=penelitian_detail⊂=Peneli tianDetail&act=view&typ=html&buku_ id=167687&is_local=1
Darmojo, K. W. (2013). Keris Jawa Kamardikan: Teknik, Bentuk, Fungsi dan Latar Penciptaan (Tesis). Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Surakarta.
Gray, C., Pirie, I., Malins, J., Douglas, A., & Leake, I. (1995). Artistic Research Procedure: Research at the Edge of Chaos?
Guntur. (2016). Metode Penelitian Artistik.
Surakarta: ISI Press.
Hardjowardojo, P. (1965). Pararaton. Malang: Penerbit Bhratara.
Harpawati, T., Mulyanto, & Sunarto. (2009). Transformasi Serat Menak dalam Petunjukan Wayang Golek Menak. Surakarta: ISI Surakarta.
Heidegger, M. (2010). Being and Time. Translate by Joan Stambaugh. New York: SUNY Press
Hidayat, R. (2014). Transformasi Nilai Lokal yang diekspresikan wayang topeng malang sebagai Sumber Pendidikan Karakter. Imaji, 12(2). https://doi.org/10.21831/ imaji.v12i2.3151
Iswahyudi. (2009). Perkembangan Makna Simbolik Motif Hias Medalion pada Bangunan-Bangunan Sakral di Jawa pada Abad IX – XVI. 7(1). https://doi. org/10.21831/imaji.v7i1.6641
Kasiyan. (2009). “Seni Kriya dan Kearifan Lokal: Tatapan Postmodern dan Postkolonial, dalam Lanskap Tradisi, Praksis Kriya, dan Desain: Cendera Hati Purnabhakti untuk Prof. Drs. SP. Gustami, SU. Yogyakarta: BID-ISI Yogyakarta.
Kieven, L. (2014). Simbolisme Cerita Panji dalam Relief-Relief di Candi Zaman Majapahit dan Nilainya pada Masa Kini. Retrieved from Pusat Panji website: http://www.ppanji.org/cont/publications/ Kieven2014.pdf
Pramutomo, R. (2019). Cerita Panji dan Kaitannya dengan Bentuk Seni Pertunjukan Topeng di Jawa. In Bunga Rampai Potret Seni Pertunjukan Kita (pp. 203–216). Surakarta: ISI Press.
Pudjiastuti, T. (n.d.). Babad Arung Bondhan. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Purwanto, H., & Titasari, C. P. (2018). Arca di Candi Cetho: Interpretasi Baru sebagai Arca Panji (Statue in Cetho Temple: New Interpretation is as Panji Statue). 31(1), 57–74.
Wardhani, F. (2019). Panji Cerita Asli Indonesia. Retrieved from https://www. museumnasional.or.id/panji-cerita-asli- indonesia-1836
Saputra, K. H. (2014, Oktober). Naskah Panji Koleksi Perpustakaan Nasional. Jumantara, 5(2). Retrieved from https:// www.perpusnas.go.id/magazine-detail. php?lang=en&id=8362
Soebroto, R. B. G., & Nuffida. (2017). Konsep Keabadian, serta Kajian Tektonika Arsitektur Candi di Jawa Timur yang Disandingkan dengan Gereja Puh Sarang Kadiri. 161–170. Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti.
Subandi, dkk. (2011). Wayang Beber Remeng Mangunjaya Gelaran Wonosari dan Wayang Beber Jaka Kembang Kuning Karang Talun Pacitan serta Persebarannya di Seputar Surakarta. Surakarta: ISI Surakarta.
Suharyono, B. (2005). Wayang Beber Wonosari.
Wonogiri: Bina Citra Pustaka.
Suyanto. (2017). Menggali Filsafat Wayang Beber untuk Mendukung Perkembangan Industri Kreatif Batik Pacitan. Panggung, 27(1), 87–98. http://dx.doi.org/10.26742/ panggung.v27i1.237.g205.
DOI: https://doi.org/10.21831/imaji.v17i2.26404
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Supervised by
Our Journal has been Indexed by:
View My Stats